Sabtu, 12 Juli 2025

Psikologi Kognitif dan Emosi: Melupakan dan Mengingat

Salah satu pertanyaan klasik dalam psikologi kognitif adalah mengapa kita bisa mengingat sebagian hal dengan sangat jelas, sementara melupakan yang lainnya? Pertanyaan ini menjadi lebih kompleks ketika kita memasukkan faktor emosi ke dalamnya. Sejumlah penelitian mutakhir menunjukkan bahwa emosi memiliki pengaruh kuat terhadap bagaimana otak kita menyimpan, memperkuat, atau justru melupakan memori tertentu.

Emosi Memperkuat Memori

Secara umum, peristiwa yang mengandung muatan emosional cenderung lebih mudah diingat daripada peristiwa netral. Fenomena ini dikenal sebagai emotional enhancement of memory. Misalnya, kita mungkin lebih mudah mengingat detail saat mengalami peristiwa mengerikan, seperti kecelakaan, dibanding rutinitas biasa.

Menurut Kensinger (2009), emosi, khususnya yang bersifat negatif, meningkatkan aktivitas di amigdala dan hippocampus, dua struktur otak penting yang terlibat dalam pembentukan memori. Aktivasi ini membuat memori lebih “kuat” atau tahan lama. Itulah sebabnya, memori akan terasa lebih hidup ketika kita mengingat pengalaman emosional.

Fredrickson (2001) menambahkan perspektif lain dengan teorinya broaden-and-build, yang menyatakan bahwa emosi positif juga berperan besar. Orang yang sedang merasa bahagia cenderung memiliki ingatan yang lebih luas, mampu mengingat lebih banyak detail, dan menghubungkan informasi secara lebih kreatif.

Melupakan: Ketika Emosi Bekerja Sebaliknya

Namun, tidak semua emosi memperkuat memori. Ada situasi di mana emosi justru menghambat proses mengingat atau mempercepat melupakan. Salah satu contohnya adalah motivated forgetting, di mana individu sengaja atau secara tidak sadar berusaha melupakan pengalaman traumatis atau menyakitkan.

Anderson dan Green (2001) dalam penelitiannya menggunakan Think/No-Think paradigm untuk membuktikan bahwa kita memang bisa secara aktif menekan ingatan tertentu, terutama jika ingatan tersebut bersifat emosional negatif. Menariknya, semakin sering seseorang berusaha menekan memori, semakin sulit memori itu muncul kembali di kemudian hari.

Selain itu, stres berlebihan juga terbukti mengganggu pembentukan memori. Penelitian oleh Dolcos et al. (2020) menunjukkan bahwa kadar hormon stres yang tinggi seperti kortisol dapat menghambat kerja hippocampus, sehingga informasi yang seharusnya disimpan justru hilang atau terlupakan.

Memori Emosional dan Distorsi

Meski memori emosional lebih kuat, bukan berarti selalu akurat. Penelitian oleh Laney dan Loftus (2017) mengungkapkan bahwa emosi dapat membuat kita mengingat detail yang salah. Misalnya, seseorang mungkin mengingat peristiwa dengan detail lebih dramatis atau intens daripada yang sebenarnya terjadi. Ini dikenal sebagai false memory effect, yang sering muncul terutama pada pengalaman yang sarat emosi negatif.

Konsekuensinya cukup serius, misalnya dalam kesaksian saksi mata di pengadilan, di mana korban trauma yakin akan ingatannya, padahal sebagian bisa saja tidak sesuai fakta.

Integrasi Kognisi dan Emosi

Temuan-temuan ini semakin mengukuhkan pandangan bahwa kognisi dan emosi tidak dapat dipisahkan. Emosi bukan sekadar reaksi subjektif, melainkan berperan penting dalam menentukan apa yang kita simpan dalam memori, apa yang kita lupakan, dan seberapa akurat kenangan tersebut. Bahkan, dalam konteks klinis, banyak terapi psikologi saat ini fokus pada cara membantu klien mengelola memori emosional yang menyakitkan agar tidak terus-menerus mengganggu kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, psikologi kognitif dan emosi memberi kita pemahaman mendalam tentang mekanisme kompleks otak yang bekerja dalam proses mengingat dan melupakan. Penelitian di bidang ini tidak hanya penting untuk ilmu psikologi murni, tetapi juga memiliki dampak praktis besar di bidang hukum, pendidikan, hingga kesehatan mental.

Referensi

Anderson, M. C., & Green, C. (2001). Suppressing unwanted memories by executive control. Nature, 410(6826), 366–369. https://doi.org/10.1038/35066572

Dolcos, F., Katsumi, Y., & Dixon, R. A. (2020). The role of emotion in memory and cognition. Current Opinion in Behavioral Sciences, 36, 1-6. https://doi.org/10.1016/j.cobeha.2020.05.001

Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-build theory of positive emotions. American Psychologist, 56(3), 218–226. https://doi.org/10.1037/0003-066X.56.3.218

Kensinger, E. A. (2009). Remembering the details: Effects of emotion. Emotion Review, 1(2), 99-113. https://doi.org/10.1177/1754073908100432

Laney, C., & Loftus, E. F. (2017). Emotional memory and the false memory illusion: An update. Current Directions in Psychological Science, 26(6), 485-490. https://doi.org/10.1177/0963721417718228

Vuilleumier, P. (2005). How brains beware: Neural mechanisms of emotional attention. Trends in Cognitive Sciences, 9(12), 585-594. https://doi.org/10.1016/j.tics.2005.10.011

 

0 komentar:

Posting Komentar